Kampong Tambelan Sampit dan Sejarahnya

Kampong Tambelan Sampit dan Sejarahnya


Kampong Tambelan Sampit

Sejarah panjang Kampong Tambelan Sampit, tidak akan terpisah dari nama Panglima Abdurrahman. Beliau merupakan Panglima Kesultanan Pontianak di masa Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie. Panglima Abdurrahman bergelar Dato' Kaya/Tok Kaye Abdurrahman, berasal dari daerah Tambelan. Beliau juga pernah menjadi Panglima di Kerajaan Siak Sri Indrapura-Riau.

Berdasarkan beberapa data tulisan yang berkenaan dengannya, ketika di Kerajaan Siak sedang terjadi perebutan kekuasaan dengan intrik-intrik politiknya, Panglima Abdurrahman bersama keluarga besarnya meninggalkan Siak kemudian menuju ke Pontianak hingga beranak cucu di Pontianak.

Gertak Kampong Tambelan Sampit

Kesultanan Pontianak waktu itu belum lama berdiri dengan Sultan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie sebagai sultan pertamanya. Setelah datang bersilaturahim dan diterima oleh Kesultanan Pontianak. Karena kecakapan dan keekatannya, Panglima Abdurrahman kemudian diperkenankan untuk membuka suatu areal tanah yang tak seberapa jauh dari kawasan Istana Kadriah. Di areal ini kemudian menjadi pemukiman dan bernama Kampong Tambelan, sesuai dengan asal daerah Panglima Abdurrahman yaitu Pulau Tambelan.

Namun, ada juga versi cerita yang sedikit berbeda berkenaan dengan penamaan kampong ini. Konon, ada cerita yang mengatakan asal muasal penamaan kampung ini dari kata Kampong Timbalan Raja. Maksudnya adalah suatu kampong yang dipimpin oleh seorang timbalan/wakil sultan. Hal ini karena begitu dekatnya Panglima Abdurrahman dengan sultan ketika itu sehingga keberadaan Panglima Abdurrahman sudah dianggap sebagai wakil/timbalan raja (Timbalan Sultan).

Kemudian, Panglima Abdurrahman mempunyai keturunan bernama Abdurrani yang juga menjadi Panglima Kesultanan Pontianak. Panglima Abdurrani bergelar Tok Kaye Mude Pahlawan, juga Tok Kaye Setia Lile Pahlawan. Namanya sekarang diabadikan sebagai salah satu nama jalan di Kampong Tambelan Sampit, tepatnya di dekat Masjid Al-Mu'minun.

Kampong Tambelan Sampit

Ada begitu banyak tokoh yang berasal dari Kampong Tambelan Sampit ini, di antaranya Haji Ismail bin Haji Abdul Latif atau lebih dikenal dengan Ismail Jabal (Adviseur Penasehat Agama Kesultanan Pontianak). Haji Ismail bin Haji Abdurrahman (Tokoh adat), Haji Ismail bin Haji Mustapa (Ahli tabib pengobatan, penulis buku ilmu pengobatan), dan Muhammad Umar bin Encik Harun bin Malim Bungsu (Tokoh ulama Melayu, penulis tentang ilmu pelayaran, penulis Sya'ir Negeri Tambelan).

Di Kampong Tambelan Sampit ini juga terdapat sebuah rumah panggung arsitek khas melayu tempo dulu yang terletak di tepian Sungai Kapuas milik Abah M Nur Hamzah yang telah berdiri kokoh sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1932.

Rumah milik Abah M Nur Hamzah. rumah panggung arsitek khas melayu tempo dulu yang terletak di tepian Sungai Kapuas, telah berdiri kokoh sejak zaman kolonial Belanda pada tahun 1932.

Kampong Tambelan Sampit kini menjadi kelurahan dengan nama yang sama. Dengan jumlah penduduk kurang lebih 7.069 jiwa dan secara administratif masuk ke dalam wilayah Pontianak Timur. Kini, Kampong Tambelan Sampit sedang dibangun sebuah waterfront agar para wisatawan bisa menikmati suasana kampung khas Kota Pontianak, melihat panorama sungai kapuas, hingga melihat aktivitas masyarakat di tepian sungai.

Memancing di Kampong Tambelan Sampit

Kecil-kecil cabe rawit. Menarik jala udang dari atas pagar (Kampong Tambelan Sampit)

Warga sekitar Kampong Tambelan Sampit sedang bersantai sore

Kampong Tambelan Sampir

Sunset di Kampong Tambelan Sampit berlatar Sungai Kapuas dan kawasan modern di seberang

Sumber : Pontianak Heritage terbitan 2013
Edited by : Riz
Photo by : Riz

1 comment :

  1. keren kak reviewnya,thanks sharenya kak,jangan lupa kunjungan ke blog kami di http://www.dtmiceandtour.com/2018/03/open-trip-munggahan-melaka-kuala-lumpur.html

    ReplyDelete

Gunakan kotak komentar untuk bertanya, menambahkan, memberi saran serta berdiskusi. Namun demikian, saye meminta kepada Anda agar jangan sampai menyinggung sesuatu yang berbau SARA. (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).