Liburan ke Riam Merasap
Cerita ini kita awali dari teman Saya, Randi yang ambil cuti libur kerja selama seminggu. Randi adalah teman saya yang sudah saya anggap sebagai saudara (intim) saya sejak SMK. Ia bekerja sebagai staff ticketing di sebuah agen penjualan tiket bis atau bahasa simple-nya jadi tukang jual tiket di DAMRI Brunei. Yupz, Brunei Darussalam. Tempatnya Sultan Hassanal Bolkiah atau yang kami berdua panggil “Sultan Harem”. Hahaha.
Balik lagi ke cerita. Nah, mumpung si Randi tengah berada di Pontianak alias sedang ambil cuti, saya pun coba mengajaknya pergi ke Riam Merasap. Anda tau apa itu Riam Merasap ? Nih, singkat saja saya beritahunya. Riam Merasap adalah sebuah air terjun yang keren abis dan terletak di Kecamatan Tujuh Belas/Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Dan ternyata Randi mau ikut. Tentu saya sangat senang. Kami pun mulai membicarakan persiapan-persiapan dan rencana keberangkatan. Dan ditetapkanlah bahwa kami akan berangkat 3 hari kemudian atau tepatnya 2 hari sebelum Randi balik lagi ke Brunei Darussalam.
Skip ke perizinan. Untuk masalah perizinan, Saya sih tidak masalah karena pada dasarnya saya memang boleh melanglang buana/mengembara asal pakai uang sendiri dan hati-hati. Tapi kalau si Randi lain ceritanya. Berhubung kami cuma pergi berdua, jadi si Randi ngeles sama ortunya kalau dia mau pergi sama saya ke Sanggau Ledo, katanya keluarga saya ngajak liburan ke tempat keluarga saya disana (padahal saya gak punya keluarga di Sanggau Ledo apalagi kenalan) dan pakai mobil (waktu itu belum punya mobil sih, mudah-mudahan dimasa depan punya mobil). Akhirnya saya juga terpaksa ngeles sama orang tuanya Randi dan mengizinkan Randi buat pergi.
Malam sebelum berangkat, kami berdua memutuskan untuk menginap dan turun dari rumah teman kami, Zulham, yang kebetulan gak bisa ikut karena ada kegiatan di kampusnya.
Trip dimulai
Kurang lebih sekitar jam 03.00 pagi, kami pun berangkat menuju tujuan kami, yaitu Riam Merasap. Sejujurnya, kami berdua tidak tahu menahu tentang lokasi riam tersebut. Kami hanya tahu dari browsing dan google maps (Jujur, Saya browsingnya pas 1 hari sebelum berangkat).
Sepanjang perjalanan, kita akan merasakan panorama sight-seeing yang begitu menarik dan suasana jalan yang sepi membuat kami jadi lebih tenang dalam membawa motor. Tapi, anda harus berhati-hati karena sepanjang jalan rute Toho-Bengkayang hanya cukup buat 2 mobil alias sempit. Ditambah jalan yang naik turun plus binatang peliharaan warga yang dibiarkan berkeliaran dijalan. Ingat, jangan sekali-kali menabrak binatang di sana, bila menabrak maka anda akan dikejar. Kalau tertangkap, bersiaplah menerima hukum adat (katanya sih begitu). Oh ya, Kami sempat berhenti di beberapa spot yang menurut kami menarik untuk berfoto.
Jam 07.00, kami sampai di Kota Bengkayang. Kami singgah sebentar di salah satu warung kopi untuk menikmati kopi hangat yang, yah, cukuplah buat menghangatkan badan. Kami juga mengisi bensin motor di Bengkayang.
Setelah itu, kami pun kembali tancap gas dan melanjutkan perjalanan ke Riam Merasap. Menurut warga Bengkayang yang kebetulan kami tanyai di Bengkayang, butuh waktu sekitar 1,5 jam lagi untuk sampai ke Riam Merasap.
Sekitar kurang lebih jam 09.45 kami pun sampai di simpang empat Pasar Sanggau Ledo. Kami melihat ada papan penunjuk arah menuju Riam Merasap. Tanpa pandang kuku, kami pun langsung melanjutkan perjalanan mengikuti arah berdasarkan papan penunjuk jalan. Jalan yang rusak berupa batu kasar pun kami lalui. Tak lama kemudian, kami melihat jalan disebelah kiri dihiasi gapura yang menunjukkan bahwa Riam Merasap berada di sana. Kami pun langsung masuk ke jalan tersebut. Sekali lagi, jalanan berbatu menjadi tantangan buat kami. Tapi mumpung sudah nyebur ya lanjutkan saja. Sekitar 15 menit kami pun sampai di Riam Merasap, tapi baru area parkir. Dan satu hal yang ingin kami katakan setelah sampai di tempat parkir, “Sepi”. Ya, sepi, karena tidak ada satupun motor atau manusia disana. Beruntung ada rumah didekat tempat parkir dan sudah pasti ada orangnya. Kami pun bertanya mengenai lokasi Riam Merasap. Awalnya kami berencana akan melanjutkan menggunakan sepeda motor, tapi berhubung kami ragu akan masalah keamanan (jelas lah, wong sepi kayak kuburan), kami pun meminta izin untuk menitipkan motor dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.
Binatang yang kami temukan saat berjalan kaki menuju Riam Merasap |
Sekitar 7-10 menit berjalan kaki melewati hutan, kami berdua pun mendengar bunyi air yang sangat deras pertanda bahwa ar terjunnya sudah dekat. Kami pun terus berjalan dan menemukan sebuah sungai yang terlihat patahannya. Yupz, kami ternyata berada di atas air terjunnya. Wow. Tentu saja kami sangat senang. Kemudian, kami pun turun kebawah untuk melihat view air terjun dari bawah. Satu kata yang bisa kami katakan. “Subhanallah”. Keren dan menakjubkan. Rasa lelah akibat 7 jam perjalanan pun terasa sirna setelah sampai di Air Terjun Riam Merasap. Kami pun beristirahat sejenak dan mandi disana. Kami pun mengerti mengapa disebut Air Terjun Riam Merasap. Karena air terjunnya menimbulkan percikan air yang seperti asap. Menakjubkan. Dan Randi pun mendapatkan liburan yang gila dan mengesankan sebelum akhirnya dia kembali ke Brunei.
Randi di Riam Merasap |
Saya di Riam Merasap |
Kita selfie dulu yauww |
Air Terjun Riam Merasap |
0 comments :
Post a Comment
Gunakan kotak komentar untuk bertanya, menambahkan, memberi saran serta berdiskusi. Namun demikian, saye meminta kepada Anda agar jangan sampai menyinggung sesuatu yang berbau SARA. (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).