Sejarah Kota Pontianak

Sejarah Kota Pontianak



Yosh....Akhirnya saya aktif lagi setelah sekian lama tidak aktif karena disibukkan dengan tugas kuliah....Mohon maaf untuk pembaca yang mungkin ada komentar di blog saya tapi gak saya respon, soalnya saya baru aktif lagi seperti yang saya sudah jelaskan diatas....

Nah pada postingan kali ini, saya akan membagikan informasi kepada pembaca tentang Sejarah Kota Pontianak. Mungkin pembaca cuma tau kalau Kota Pontianak adalah Ibukota Provinsi dari Kalimantan Barat. Oke lah, daripada saya kasi kata pembuka yang begitu panjang nan garing lebih baik saya langsung beri informasi ke pembaca sekalian :D

Kota Pontianak adalah Ibukota Provinsi Kalimantan Barat (yang juga tempat tinggal saya). Kota Pontianak dilintasi oleh garis khatulistiwa dengan Tugu Khatulistiwa sebagai penanda dan landmark dari Kota Pontianak. Kota Pontianak juga dibelah oleh dua sungai besar yaitu Sungai Landak dan Sungai Kapuas (Sungai Terpanjang di Indonesia). Pendiri Kota Pontianak adalah Syarif Abdurrahman Alkadrie. yang merupakan seseorang keturunan Arab, anak Al Habib Husein, yang juga seorang penyebar agama Islam dari Jawa. Al Habib Husein datang ke Kerajaan Matan pada 1733 Masehi. Al Habib Husein menikah dengan putri Raja Matan (kini Kabupaten Ketapang) Sultan Kamaludin, bernama Nyai Tua. Dari pernikahan itu lahirlah Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang meneruskan jejak ayahnya menyiarkan agama Islam.

Syarif Abdurrahman melakukan perjalanan dari Mempawah dengan menyusuri sungai Kapuas. Ikut dalam rombongannya sejumlah orang yang menumpang 14 perahu. Di Pontianak, ia kerap diganggu oleh hantu Kuntilanak yang memang jadi penghuni di hutan sepanjang Sungai Kapuas. Syarif Abdurrahman menembakkan meriam ke tiga tempat yang kemudian jadi 3 titik pembangunan Pontianak. Ternyata, tembakan meriam yang suaranya sangat kencang itu berhasil menakuti para kuntilanak sehingga mereka pergi dari hutan Pontianak. Rombongan Abdurrahman sampai di muara persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak pada 23 Oktober 1771. Kemudian mereka membuka dan menebas hutan di dekat muara itu untuk dijadikan daerah permukiman baru. Abdurrahman mendirikan sebuah kerajaan baru Pontianak. Ia pun membangun masjid dan istana untuk sultan. Masjid yang dibangun aslinya beratap rumbia dan konstruksinya dari kayu.

Syarif Abdurrahman meninggal pada 1808 Masehi. Ia memiliki putera bernama Syarif Usman. Saat ayahnya meninggal, Syarif Usman masih berusia kanak-kanak, sehingga belum bisa meneruskan pemerintahan almarhum ayahnya. Maka pemerintahan sementara dipegang adik Syarif Abdurrahman, bernama Syarif Kasim. Setelah Syarif Usman dewasa, dia menggantikan pamannya sebagai Sultan Pontianak, pada 1822 sampai dengan 1855 Masehi. Pembangunan masjid kemudian dilanjutkan Syarif Usman, dan dinamakan sebagai Masjid Abdurrahman, sebagai penghormatan dan untuk mengenang jasa-jasa ayahnya.

 

Beberapa ulama terkenal pernah mengajarkan agama Islam di masjid Jami' Sultan Abdurrahman. Mereka di antaranya Muhammad al-Kadri, Habib Abdullah Zawawi, Syekh Zawawi, Syekh Madani, H. Ismail Jabbar, dan H. Ismail Kelantan. Masjid Jami' Pontianak dapat menampung sekitar 1.500 jamaah shalat. Masjid akan penuh terisi jamaah shalat, saat waktu shalat Jumat dan tarawih Ramadan. Pada sisi kiri pintu masuk masjid, terdapat pasar ikan tradisional. Di belakangnya merupakan permukiman padat penduduk Kampung Beting, Kelurahan Dalam Bugis dan di bagian depan masjid, yang juga menghadap ke barat, terbentang Sungai Kapuas.

Source Article : - http://disbudparpontianak.blogspot.co.id/2014/09/sejarah-kota-pontianak.html
                             - http://travel.detik.com/read/2015/08/27/072331/3002465/1519/kuntilanak--meriam-begini-asal-                                          muasal-kota-pontianak

1 comment :

  1. http://kesultanankadriah.blogspot.com/2011/01/kesultanan-kadriahqadriahdalam_1051.html,

    ReplyDelete

Gunakan kotak komentar untuk bertanya, menambahkan, memberi saran serta berdiskusi. Namun demikian, saye meminta kepada Anda agar jangan sampai menyinggung sesuatu yang berbau SARA. (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).