Sekitar 75 kilometer perjalanan darat dari Pontianak, Saya dan teman saya, Zulham pergi ke Kota Mempawah, sebuah kota kecil di tepian pantai barat Kalimantan. Kota Mempawah ini merupakan bagian wilayah dari Kerajaan Panembahan Mempawah yang sudah berkuasa sejak hampir delapan abad yang lalu. Mempawah kemudian menjadi kerajaan Melayu Islam dibawah Opu Daeng Menambon bergelar Pangeran Mas Surya Negara (1740–1761 M) dan menjadi kerajaan penting di kala itu.
|
Istana Amantubillah |
|
Istana Amantubillah |
Setelah Patih Gumantar gugur dalam peperangan Kayau Mengayau (memenggal kepala manusia) melawan Kerajaan Biaju atau Bidayuh di Sungkung (kini bernama Siding, Kabupaten Bengkayang), masa kejayaan kerajaan ini pun memudar.
Setelah pemerintahan Panembahan Senggaok berakhir, kerajaan tersebut akhirnya diperintah oleh Opu Daeng Manambon, yang datang dari Matan (Ketapang) menuju Sebukit, Mempawah menggunakan 40 perahu layar khas Bugis (pinisi). Opu Daeng Manambon bersama para pengikutnya disambut Pangeran Adipati dengan sebuah ritual dan makan saprahan.
Pada hari biasa, kota Mempawah sangat tenang dan sepi. Tipikal pesisir kalimantan Barat yang kami jumpai adalah banyaknya tempat nongkrong berupa warung kopi dan pusat keramaian di beberapa titik dengan penjual makanan yang banyak berkumpul di tempat itu.
Satu hari setelah saya lulus ujian SIM, saya langsung mengajak teman saya, Zulham, untuk pergi ke Kota Mempawah sebagai perayaan saya berhasil lulus ujian SIM. Dengan menggunakan motor Honda Astrea Grand, Kami berdua pun langsung tancap gas di pagi buta kurang lebih jam 05.00 pagi.
Menikmati perjalanan dengan santai dan jalanan yang sepi membuat kami terasa lebih rileks di perjalanan. Tak butuh waktu lama, sekitar jam 07.00 pagi kami sudah sampai di Mempawah. Sempat berhenti sejenak dan berpikir mau pergi kemana lagi, akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke Makam Opu Daeng Manambon.
Jika mau pergi ke Makam Opu Daeng Manambon, cukup ikuti jalan utama atau ruas jalan menuju arah Sei.Duri, sekitar 3 km setelah keluar dari pintu gerbang Kota Mempawah ada gapura di sebelah kanan yang menunjukkan jalan menuju Makam Opu Daeng Manambon. Ikuti terus jalan itu kira-kira 10 km dan anda akan sampai di area parkir Makam.
Sebelum sampai ke makam Daeng Manambon, ada sebuah makam Tionghoa di bukit. Tampak tak terurus, padahal jumlahnya cukup banyak. Situasinya sepi, di tengah semak belukar dan pepohonan.
Berbeda halnya dengan kompleks makam Daeng Manambon. Ada tempat parkir cukup luas dan gapura khas Kalimantan Barat. Ratusan anak tangga, konon berjumlah 263, membentang di depan mata. Lokasi tersebut terasa rindang, seolah ingin mengusir hawa panas yang menyengat. Sebuah bangunan yang di dominasi warna hijau dan kuning menaungi sebuah pusara. Di nisan dari batu marmer tertulis nama almarhum.
Siapa Daeng Manambon? Ia adalah penguasa Kerajaan Mempawah yang bergelar Pangeras Mas Surya Negara. Jauh sebelum Opu Daeng Manambon memerintah di Mempawah, Patih Gumantar sudah mendirikan Kerajaan Bangkule Rajakng di Pegunungan Sidiniang.
Beberapa abad kemudian, sekitar tahun 1610, Kerajaan Bangkule Rajakng bangkit kembali di bawah pemerintahan Raja Kudong. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Sidiniang ke Pekana (Karangan). Setelah Raja Kudong wafat, pemerintahan diambil alih oleh Panembahan Senggaok. Dari perkawinan dengan Puteri Raja Qahar dari Kerajaan Baturizal Indragiri, Sumatera, lahirlah seorang anak perempuan bernama Mas Indrawati.
kok bajunya jogja mas...
ReplyDeletePunya kawan saya mas. Biasa oleh-oleh. Hehehe
Delete