Istana Al-Mukarramah Sintang

Istana Al-Mukarramah Sintang



Sintang, sebuah kota yang penuh misteri. Setiap saya bertemu dengan keluarga saya dari Sintang pasti saya selalu mendengar cerita sejarah Kota Sintang, termasuk cerita dari Ibu saya yang kebetulan berasal dari Sintang.

Beberapa waktu lalu, saya berlibur selama beberapa pekan di Sintang mengisi waktu libur kuliah bersama Ibu saya. Saya pergi ke beberapa tempat yang masing-masing memiliki ciri khas sejarah dan misteri masing-masing.Pada artikel kali ini saya akan memberi informasi tentang Istana Al-Mukarammah dan Masjid Jami' Sultan Nata. 

Konon, asal-usul Kerajaan Sintang bermula dari kedatangan seorang tokoh penyebar agama Hindu dari Semenanjung Malaka (ada pula yang mengatakan berasal dari Jawa) bernama Aji Melayu. Ia datang ke daerah Nanga Sepauk (sekitar 50 km dari Kota Sintang) pada abad ke-4 dan mendirikan perkampungan baru di tempat itu. Bukti-bukti kedatangan Aji Melayu dapat dilihat dari temuan arkeologis berupa Arca Putung Kempat dan batu berbentuk phallus yang oleh masyarakat setempat disebut ‘Batu Kelebut Aji Melayu‘. Putung Kempat adalah istri Aji Melayu yang kemudian menurunkan raja-raja di Sintang. Di daerah ini juga ditemukan batu yang menyerupai lembu serta makam Aji Melayu.

Pendirian Kerajaan Sintang dilakukan oleh Demong Irawan, keturunan kesembilan Aji Melayu, pada abad ke-13 (+ 1262 M). Demong Irawan mendirikan keraton di daerah pertemuan Sungai Melawi dan Sungai Kapuas (yaitu di Kampung Kapuas Kiri Hilir sekarang). Mulanya daerah ini diberi nama senetang, yaitu kerajaan yang diapit oleh beberapa sungai. Lambat laun penyebutan senetang kemudian berubah menjadi sintang. Sebagai lambang berdirinya kerajaan itu, Demong Irawan yang memakai gelar Jubair Irawan I menanam sebuah batu yang menyerupai buah kundur. Batu yang kini berada di halaman Istana Sintang ini oleh masyarakat setempat dianggap keramat dan memiliki tuah. 

Pada masa Kerajaan Sintang Hindu, Istana Sintang dibangun berdasarkan arsitektur rumah panjang, rumah khas masyarakat Dayak. Namun, setelah Kerajaan Sintang menganut agama Islam, terutama pada masa pemerintahan Raden Abdul Bachri Danu Perdana, dibangunlah gedung istana yang baru dengan nama Istana Al Mukarrammah. Istana ini dibangun pada tahun 1937 dengan arsitek seorang Belanda. Konstruksi bangunannya masih menggunakan struktur rangka kayu, tetapi dengan pondasi tiang bersepatu beton. Atap istana yang terbuat dari sirap kayu belian juga diperkuat dengan plafon dari semen asbes. Demikian pula dinding istana dilapisi dengan semen setebal + 3 cm. Sampai saat ini, kompleks Istana Sintang masih terawat dengan baik.

Batu Kundur, Batu Keramat di Kompleks Istana Al-Mukarramah

Di sebelah barat istana, terdapat bangunan masjid dengan nama Masjid Jami' Sultan Nata Sintang yang berdiri sejak 1672.Pembangunan masjid ini tidak terlepas dari penyebaran agama Islam yang terjadi di Kota Sintang. Sejak masa pemerintahan Pengeran Agung, agama Islam telah dianut oleh raja dan kerabat Kerajaan Sintang yang menggantikan agama sebelumnya, agama Hindu.Sejak saat itu, sistem pemerintahan kerajaan sintang lambat laun mengalami perubahan menjadi kesultanan Islam. Pada periode pemerintahan berikutnya, pada masa Pangeran Tunggal (anak Pangeran Agung), kebutuhan akan masjid terasa makin mendesak. Hal ini tak lepas dari meningkatnya jumlah penganut agama Islam di sekitar istana. Pangeran Tunggal lalu mendirikan sebuah masjid sederhana dengan kapasitas sekitar 50 orang. Masjid inilah yang kemudian menjadi cikal bakal Masjid Jamik Sultan Nata Sintang. Dari konstruksi awal masjid yang dibangun oleh Pangeran Tunggal, Sultan Nata kemudian melakukan perbaikan dan perluasan masjid pada tahun 1672 M. Sultan Nata adalah raja yang menggunakan gelar "sultan" untuk pertama kalinya dalam sejarah Kerajaan Sintang pada masa sebelumnya (masa Hindu), gelar raja masih menggunakan sebutan AbangPangeran, atau Raden. Sesuai nama pendirinya, maka masjid ini kemudian diresmikan oleh Pemerintah Kabupaten Sintang dengan nama Masjid Jami' Sultan Nata Sintang pada tahun 1987.

Yah, demikian sedikit informasi tentang Masjid Jami' Sultan Nata dan Istana Al-Mukarammah atau yang sekarang menjadi Museum Dara Juanti. Jangan lupa untuk memberikan kritik dan saran kepada saya supaya blog ini lebih baik ke depannya dan kalau anda kebetulan ke Sintang jangan lupa untuk berkunjung ke Istana Al Mukarramah (Museum Dara Juanti) dan Masjid Jami' Sultan Nata ya....









Credits: Wikipedia, WisataMelayu

4 comments :

  1. bang. izin menggunakan gambar ini untuk keperluan tugas scrapbook ya.

    ReplyDelete
  2. Replies
    1. Saya lahir dan besar di Pontianak. Tapi keluarga banyak di Sintang. Pas musim libur sering balik ke Sintang bang. Hehehe

      Delete

Gunakan kotak komentar untuk bertanya, menambahkan, memberi saran serta berdiskusi. Namun demikian, saye meminta kepada Anda agar jangan sampai menyinggung sesuatu yang berbau SARA. (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan).