Ceritaku

Showing posts with label Ceritaku. Show all posts
Showing posts with label Ceritaku. Show all posts

Perjalanan ke Riam Marum


Setelah lima hari bekerja membanting tulang untuk mendapatkan sesuap nasi dan modal neeqah serta kamera, akhirnya Bang iki kembali berkeliling. Awalnya, Bang Iki bingung dalam mencari destinasi. Sampai akhirnya, terpikirlah Air Terjun Riam Marum.

Bang Iki tidak sendiri. Kali ini Bang Iki mengajak Khairul untuk berpetualang.

Sayangnya, perjalanan kali ini tidak terlalu mulus. Hujan yang turun hilang datang seolah-olah mengeprank kami. Hingga akhirnya seharusnya kami bisa sampai lebih awal, malah datang kesorean.

Ngomong-ngomong mengenai Air Terjun Riam Marum, air terjun ini terletak di Desa Pisak, tepatnya di Dusun Dawar, Kecamatan Tujuh Belas, Kabupaten Bengkayang. Air Terjun Riam Marum juga masih masuk dalam kawasan hutan Gunung Niut.

Karena berada di tengah kawasan hutan yang dikeliling pepohonan sudah tentu rasanya teduh sekali. The art of healing lah intinya.

Kebetulan, kami berangkat dari Tebas. Jadi kami lewat jalur, Tebas-Subah-Ledo-Sanggau Ledo-Dusun Dawar. Karena cuaca hujan yang mengeprank tadi, jadi susah untuk mengira-ngira waktu tempuh perjalanan. Google Maps bisa lah jadi patokan.

Dari Dusun Dawar, kita lanjut ke Riam Marum kurnag lebih 1,5 km. Tapi masalahnya, jalan dari Dusun ke Riam tanah licin. Kendaraan roda empat tentu tidak bisa masuk karena ada jembatan kayu jadi harus berjalan kaki. Kalau motor sih masih bisa. Tapi ya begitulah, jangan berekspektasi lebih apalagi pas cuaca hujan.


Walaupun begitu, pemandangan sepanjang jalan cukup menggugah mata. Ditambah rimbunnya pepohonan dan ladang milik warga sekitar bikin hati adem walaupun penuh lara.

Setelah berbagai drama komedi yang tentu tidak romantis, akhirnya kami pun sampai. Curahan air terjun dan kabut yang menyejukkan pun muncul dari rerimbunan pepohonan hutan yang masih alami.

Beningnya wanita air yang berasal dari pegunungan jatuh ke permukaan bumi dan membentuk kolam yang cukup luas. Berenang atau sekadar mencelupkan kaki di air yang jernih, bisa menjadi aktivitas yang segar di tempat ini.

Sebenarnya kita masih bisa melakukan camping di Riam Marum. Namun, tidak banyak spot tanah datar untuk camping. apalagi karena namanya sudah riam tentu banyak bebatuan.


Karena lokasinya masih alami, jadi jangan berekspektasi ada fasilitas seperti canteen, toilet atau minimarket. Sekali-kali jangan. 

Overall, Riam Marum cukup worth it untuk dikunjungi. Sekian dulu lah cerita kali ini. Bingung dah mau ngetik lanjutannya. Tapi nanti ada video dari Keliling kampong Keliling Kote disini.



Lebih Kreatif dan Produktif dengan Traveling?


    Seperti biasa, sebelum tau jawabannya, sebagai manusia normal tentu kita rentan merasa bosan dan capek. Ketika mulai merasa bosan dan capek, pikiran akan sulit menemukan ide-ide ala ikan segar. Sekali lagi, rutinitas bisa membunuh kreativitas. Jadi, kita perlu menikmati suasana baru. Tapi bukan hanya agar tidak stress atau bahasa sekarang "short escape", melainkan juga me-refresh otak.

    Sadar atau tidak, bertemu orang-orang baru, melihat suasana, warna, dan merasakan pengalaman baru dapat membuat kita punya ide baru. Saya akan share pengalaman pribadi dan itu saya sadari, seringkali saya menemukan ide yang berkaitan dengan pekerjaan justru pas lagi tidak bekerja. Misal saat motoran, pas ke toko buku, atau bahkan pas jalan kaki pergi belanja. Memang masih mentah lah ya, tapi sering muncul dalam situasi tak terduga. Anehnya, pas lagi kerja, kadang-kadang ide sulit keluar.

    Saat traveling, hal-hal baru yang kita temui juga menambah pengetahuan yang mampu memunculkan inspirasi. Inilah yang memunculkan kreativitas.

    You know right kalau kreativitas akan membuat kita lebih produktif berkarya dan bekerja. Apalagi rasa senang yang muncul dari traveling juga dapat meningkatkan kinerja otak yang akan berdampak positif pada pekerjaan kita. And for me, that's true.

    Jadi bagaimana? Masih ragu untuk mencoba traveling?




Mengapa Traveling itu Perlu Dilakukan?


    Sebelum pertanyaan itu kita lihat jawabannya, mungkin banyak orang menganggap kalau traveling itu hanya menghabiskan uang dan sekedar senang-senang untuk kebutuhan media sosial. Jadi, ujung-ujungnya lebih memilih untuk berbelanja.

    But, for me, traveling dapat menjadi stress release. Traveling itu menyehatkan, terutama bagi jiwa dan pikiran. Sebab, jujurly, sebagai seorang pekerja dimana hari Senin-Jum'at harus bekerja dengan rutinitas yang hampir sama, lama-lama akan membuat kita tertekan, pikiran buntu, kekurangan kreativitas, bahkan malas untuk berpikir tentang ide-ide yang cemerlang.
    Pernahbacatulisantanpaspasi?Terasanyamantidakdalammembacanya?Inibarutulisan.Bagaimanajikarutinitasyangterusdilakukantanpajedadanberulang-ulang?

    Sesuatu yang dilakukan berulang-ulang akan menimbulkan kebosanan. Rumah, tempat kerja, rumah lagi, begitu seterusnya sampai jenuh. Rutinitas menyuguhkan warna yang sama setiap hari. Ingat, kebosanan membunuh kreativitas. Otak seperti tidak bisa diajak berpikir. Maka dari itu, kita perlu menekan tombol pause sejenak.

    Saat ini, hingga tulisan ini terbit, kebetulan saya masih belum berkeluarga. Boleh dibilang masih cukup muda. Kenapa saya menyebut demikian? Karena jika masih muda sudah terkena stress, lama-lama akan menimbulkan penyakit yang lebih parah di usia muda.

    Jika Senin-Jum'at saya bekerja, maka di hari Sabtu & Minggu, biasanya saya meluangkan waktu untuk traveling. Tidak mesti jauh walaupun memang semakin jauh destinasi, semakin banyak warna-warni dunia yang kita lihat. Namun, kalau jeli dan bisa melihat sisi lain, jalan-jalan ke kota yang lebih dekat atau bahkan di kota sendiri tetap memberi pengalaman berbeda.

    Misalnya saja, pergi ke waterfront memandang kehidupan di Sungai, bersantai atau berolahraga di taman kota atau Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP), sampai wisata kuliner juga bisa. Bahkan ikut komunitas pun merupakan salah satu cara yang bagus untuk traveling sekaligus menambah pengalaman.
    Intinya adalah, hidup hanya sekali, jadikan lebih berarti. Salah satunya adalah traveling. Datangi tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi baik itu dekat atau jauh selagi bisa dan mampu. Jika tidak ada waktu luang, kasi waktu luang. Jangan sampai karena tak ada waktu luang tau-tau menua. 

    Karena, maaf kata, kalau sudah punya banyak waktu luang, tapi kadang tak kuat kemana-mana. Masa muda yang kita isi dengan traveling tidak akan membuat kita menyesal pada masa tua. Saya kutip kata-kata Mark Twain “Twenty years from now you will be more disappointed by the things you didn't do than by the ones you did". Kesal dan kecewa justru datang dari hal-hal yang tidak kita lakukan waktu muda.

    So...masih ragu untuk traveling?

Asal Usul Desa Jawa Tengah di Sungai Ambawang




Seperti diketahui, Jawa Tengah adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Jawa. Tapi bagaimana jadinya jika provinsi tersebut berubah menjadi desa di Kalimantan Barat? Inilah yang terjadi di Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya.

Desa Jawa Tengah merupakan satu diantara desa yang berada di Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Luas Wilayah daratan Desa jawa Tengah kurang lebih 16,51 km². 

Desa Jawa Tengah terdiri dari tiga dusun, 18 RT dan 4 RW. Adapun dusun-dusun yang terdapat di Desa Jawa Tengah antara lain Dusun karya I, Karya II dan Karya III.

Disebut Desa Jawa Tengah karena rata-rata warganya merupakan pendatang yang sebagian besar dari Blora, Kebumen dan sebagian besar Yogyakarta. Boleh dikatakan hampir mencapai 95%. Tapi perlu diingat, ini bukan kawasan transmigrasi.

Awalnya, pendahulu mereka datang ke Kalimantan Barat sebagai pekerja dan akhirnya merimba hutan yang dijadikan sebagai tempat tinggal.

Seiring berjalannya waktu, kawasan ini menjadi salah satu desa yang maju di Kab. Kubu Raya, apalagi setelah wilayahnya dilewati jalur Trans Kalimntan yang menghubungkan Kal-Bar dengan provinsi lainnya di pulau Kalimantan bahkan ke Malaysia (Sarawak) dan Brunei. 

Sebagian besar masyarakat berkebun karet dan beternak, sebagian juga membuka usaha disepanjang jalan Trans Kalimantan.

Suasana Desa Jawa Tengah ini juga dapat dilihat di video berikut ini



Sendirian ke Riam Solakng


Pergi sendiri, foto pun sendiri (pakai tripod dan timer)


Halo semuanya….apa kabar? Semoga selalu dalam keadaan sehat walafiat. Bagi yang lagi sakit, semoga cepat sembuh…aaamiinnn…. Nah kali ini….Bang Iki akan ajak semuanya jalan-jalan ke Riam Solakng yang terletak di Desa Senakin, Kecamatan Sengah Temila, Kabupaten Landak.

Objek wisata ini dapat ditempuh dari Kota Pontianak kurang lebih 3 jam. Lumayan dekat dan tidak terlalu menguras tenaga dan bensin terlalu banyak. Hehehe.

Sepanjang perjalanan menuju Riam Solakng, kita akan disuguhkan pemandangan yang begitu mempesona. Ditambah lagi akses jalan yang sudah bagus membuat perjalanan ke lokasi bisa lebih santai.

Nantinya, di sebelah kanan, ada sebuah gereja, dimana lokaasi riam terletak di belakang gereja. Tak perlu berlama-lama. Kita sudah bisa mendengar bunyi riam yang serasa meneduhkan hati dan pikiran ditengah mumetnya pikiran dan lelahnya jiwa.

Di Riam Solakng, kita bisa melihat banyak sekali bebatuan khas riam. Aliran air yang melewati sela-sela batu menambah daya tarik dan pesona tempat ini. Ditambah lagi rimbunnya pepohonan dan bunyi gemericik air membuat kita tak tahan iman untuk mandi.…..hehehehe.

Bagi kalian yang ingin menikmati weekend singkat, tak ada salahnya untuk berkunjung ke riam ini. Namun sayangnya…pas Bang Iki kesana, keadaan sekitar lagi kosong melompong. Ditambah lagi Bang Iki hanya sendirian disana. Jadi Bang Iki kurang tau nih apakah dikenakan biaya masuk atau tidak. Begitu juga dengan fasilitas yang tersedia.

Walaupun begitu…..boleh lah Riam Solakng nih masuk ke dalam weekend list kalian.

So far....itulah sedikit keliing-keliling Bang Iki di Riam Solakng. Agar lebih jelas dan detail, pemirsa juga dapat melihat video dokumentasi perjalanan Bang Iki ke Riam Solakng dibawah ini



Danau Belibis....Mengubah Kerusakan Alam Menjadi Keindahan






Halo semuanya. Sudah cukup lama Bang Iki tidak corat-coret disini. Apa kabar semuanya? Semoga selalu dalam keadaan sehat wal'afiat. Buat yang kurang sehat semoga cepat sembuh. Aamiin.

Di tulisan kali ini, Bang Iki akan mereview salah satu tempat wisata yang lagi naik daun belakangan ini. Yes....Danau Belibis. Lokasinya berada di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau dengan jarak tempuh lebih kurang 1,5 jam dari Kota Pontianak yang merupakan Ibukota Provinsi Kalimantan Barat. Cukup dekat kan? Jika pemirsa rutin bolak-balik arah Tayan, mungkin sudah tidak asing lagi dengan papan penunjuk besar di tepi Jalan Trans Kalimantan. 
Untuk dapat masuk ke kawasan wisata Danau Belibis, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp10.000/orang. Karena Bang Iki pakai motor, jadi tambah Rp2.000. Kalau mobil gimana? Bang Iki lupa tanya. Hahahahaha. Dari pintu gerbang, kita masuk ke dalam kurang lebih 300 meter saja. Sepanjang jalan masuk, kita dapat melihat dengan mudah hutan gaharu yang ditata rapi mengitari sisi kiri dan kanan jalan.

Sampai di Danau Belibis pengunjung akan disuguhkan dengan pemandangan yang mempesona. Semua itu tak lepas dari inisiatif sang pemilik, Pak Muin. Bang Iki beruntung dapat berjumpa dan berbincang-bincang dengan beliau.

Pak Muin cerita, Danau Belibis dulunya merupakan areal persawahan keluarga dan juga areal PETI (Pertambangan Emas Tanpa Ijin) yang digarap oleh masyarakat setempat. Namun, setelah aktivitas PETI itu selesai, areal ini berubah menjadi sebuah danau. Karena kebetulan areal tersebut merupakan tanah warisan dari orang tua, maka beliau mulai merintis pada tahun 2010 dengan menambah luas areal tersebut. Kala itu, beliau yakin bahwa tempat tersebut akan menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi banyak orang. Karena tempatnya sangat strategis, mudah dijangkau, dan pemandangan danaunya cukup menarik untuk menghabiskan waktu liburan para pengunjung. Pak Muin juga bilang, air di danau ini bisa dikatakan stabil. Tidak meluap dan tidak akan kering karena ada mata air di areal bekas persawahan keluarga.

Kata-kata dan insting Pak Muin memang terbukti benar. Karena saat Bang Iki berkunjung dan berbincang-bicang dengan beliau, hampir ribuan pengunjung datang pada saat akhir pekan untuk menikmati Danau Belibis. Begitu banyak kendaraan roda dua dan roda empat di kawasan Danau Belibis. Belum lagi beliau bercerita pada saat membuka jalan dari gerbang ke dalam itu sampai mencangkul lho. Wow.

Penamaan Danau Belibis pun tidak asal-asalan. Karena memang dulu, begitu banyak burung belibis di kawasan itu. Jumlahnya bahkan mencapai ribuan ekor. Sekarang? sudah jarang kita temukan karena sudah bermigrasi seiring makin padatnya manusia dan juga perburuan oleh masyarakat setempat di masa lalu.

Apa yang bisa kita lakukan di Danau Belibis? Disamping menawarkan wisata alam, ada juga kuliner yang dapat dinikmati seperti ikan bakar. Ada juga berbagai wahana permainan sederhana yang bisa dimainkan seperti sepeda air dan kano dengan tarif Rp20.000 (sepuasnya kalau sepi). Di Danau Belibis juga disediakan pelampung. Fasilitas pendukung disini seperti tempat ibadah dan kantin cukup terawat dan dalam kondisi baik. Kamar mandi untuk bilas dan ganti baju cukup bersih dan banyak.

So far....itulah sedikit keliing-keliling Bang Iki di Danau Belibis. Semoga pemirsa dapat terinspirasi dengan coretan Bang Iki yang mulai kaku ini sekaligus tertarik mengunjungi Danau Belibis ya. Adios

Oh iya....pemirsa juga dapat melihat video dokumentasi Bang Iki selama di Danau Belibis. Tinggal klik link dibawah ini ya.

Perjalanan ke Riam Berawat'n



Cerite menuju Riam berawat'n adalah ketika Saye ngumpul bersama teman-teman SD saye. Waktu itu hanya ada Saye, Edo, Vera, Popo dan Pyan. Kami berkumpul sambil bercerite bebual-bual a.k.a nostalgia tentang kelucuan pola tingkah kami sewaktu SD dulu. Dan tibe-tibe Saye punye suatu ide untuk membawa teman-teman SD saye jalan-jalan alias adventure ke Riam Berawat'n. Awalnye saye kire mereka pasti menolak karena masalah jarak dan "sayang bensin". Tapi ternyate eh ternyate mereka antusias dan pada akhirnya kami pun berdiskusi mengenai kapan akan berangkat dan diputuskan bahwa tanggal 17 Agustus kami akan berangkat menuju Riam Berawat'n.

Jam 04.30 pagi, tgl 17 Agustus 1945 2015, Kami berkumpul dirumah Popo sebelum berangkat ke Riam Berawat'n dan kebetulan sekalian menunggu Vera selesai membantu Ibunya berjualan. Setengah jam kemudian Vera pun datang ke rumah Popo dan kami pun langsung berangkat. Tambahan, kebetulan Pyan juga mengajak satu orang temannya bernama Otong untuk ikut serta (Lumayan lah buat meramaikan suasana). 


Kite langsung skip ke jam 07.00 dimane kami beristirahat sejenak di Anjungan untuk mengisi bensin motor kami dan mengisi perut yang kebetulan sudah demo minta jatah. (bukan om minta jatah yeee)

Mohon maaf saye skip lagi waktunya (udah macam film jag main di skip) ke Bengkayang. Jam 11 siang. Kami pun sampai di Kota Bengkayang. Dikarenakan teman-teman udah pada lelah dan kebetulan kami juga membawa Vera (satu-satunye cewek yang ikut dalam adventure nih) kami pun berdebat sedikit tentang kelanjutan perjalanannya apakah harus menginap dulu satu malam di Bengkayang baru sambung ke Riam Berawat'n esok hari atau lanjut terus dengan resiko pulang tengah malam melewati hutan yang sepi ? maka diputuskanlah kami menginap dulu satu malam di Kota Bengkayang. Sambil Edo, Vera dan Otong di pasar makan siang, Saye, Popo dan Pyan mencari penginapan yang 1 kamar bisa ber-6. Dan untunglah kami dapat penginapan sesuai dengan yg kami cari. Mengenai biaya penginapan kami pun patungan, bahase kerennye tuh pete-pete.


Tempat kami menginap

Perut Popo minta jatah :v

Vera, Saye dan Popo

Besoknye, kami pun meninggalkan penginapan dan langsung tancap ke Riam Berawat'n. Jujur jag ye, sebenarnye saye pun buta tentang lokasi Riam Berawat'n. Saye cuman berbekal sedikit informasi dari Google dan teman saye di Facebook. Saye pun terus mengompori kawan2 supaya tetap lanjut. Dan Sekitar 10 kilometer dari pasar Sanggau Ledo. Tepat di pinggir jalan sebelah kanan, ade papan nama dari besi sebagai penanda jalan masuk menuju riam. 

Yang bikin adventure nih makin seru tuh yang tadinye jalanan aspal tuh berubah menjadi batu kasar yang melapisi jalan tanah. Pemandangan di tepi jalan berupa kebun masyarakat setempat yang sangat subur dan hijau. Pegunungan yang berjejer juga menjadi pelengkap pesona keindahan sepanjang perjalanan.

Merase udah jauh berjalan namun belum juga ade tanda-tanda keberadaan Riam, kami ketemu dengan orang dijalan lalu betanya. Hasilnye? Perjalanan masih jauh. Katenye sejam agik lah. "Alaaa" kate Vera. Yang membuat kami merasa agak sedikit "gile" adalah : jalan berupa tanah merah dan menembus lokasi kebun sawit. Setelah itu, harus jalan kaki mengikuti hiking route. What on earth is going on alias WHAT THE F***

Tapi tekad udah bulat melingkar. Semua sepakat untuk terus melanjutkan perjalanan. Lagi pula, nanggung jika harus mundur. Sudah terlanjor nyeburkan diri melewati jalanan berbatu. Setelah mengisi bensin di kios kampung terdekat, kuda besi pun meraong-raong di jalanan tanah merah tuh

The real motorcycle adventure dimulai ketika harus melewati dua jembatan kayu yang sedikit membuat ngeri. Plus, beberapa jalan yang becek dan membuat motor kami nih amblas dan juga sempat mengalami "sliding" beberapa kali. Ditambah lagi kiri kanan tanaman sawitTadak ade petunjuk apapun selain tanaman sawit. Apakah ini pertanda kalau kami akan jadi petani sawit ? Entahlah. Hanya aku, kamu, dia dan mereka, juga dirinya yang tau.

Beruntung, ade penduduk yang mengendarai motor dan berpapasan di jalan, yang kami mohon berhenti sebentar untuk bertanya. Penduduk itu pun memberitahukan bahwa kami harus ikuti jalur ini dan kalau bertemu simpang langsung belok kiri dan lanjut terus. Kira-kira sekitar 15 menit baru sampai ke tempat penitipan motor. Kami pun berterima kasih dan langsung melanjutkan perjalanan. Dan benar saja, kami pun sampai di suatu perkampungan dan langsung izin dengan ketua RT setempat. Tapi, penderitaan petualangan belum berakhir karena kami harus berjalan kaki sekitar 30-45 menit mendaki gunung lewati hutan. Kate Ninja Hattori tuh "Mendaki gunung lewati lembah". That’s f**king crazy

Jalur hiking itu berupa jalan setapak yang biasanya dilalui oleh penduduk setempat untuk berkebun atau berladang. Bermodalkan insting adventure dan mane duli, kami pun menapaki jalan setapak itu. Kami teringat pesan dari ketua RT tadi bahwa kami cuman mengikuti alur jalan saja. Hutan, padang ilalang, hingga akhirnya kami beristirahat sejenak di area yang cukup tinggi. Sedikit melepas lelah sambil foto2 dan menikmati pemandangan dari atas. Setelah itu kami melanjutan perjalanan (kaki) hingga akhirnya mentok di jurang dengan bunyi debur air memberi sinyal bahwa air terjun sudah dekat. 



Edo in Action

Eksis lok sikit

Mendaki Gunung lewati lembah...la la la la la



Kata “AAAWWWZZZOOOMM” terucap guna mengagumi pemandangan menakjubkan di depan mata. Walau lelah, capek, merepek, menjerit, tekacar ganyang, pesona air terjun Riam Berawatn mampu menghapus itu semua. Kami merasa sangat beruntung bisa melihat secara langsung pesona indah ciptaan sang Kuasa. Suatu adventure yang berujung surga. Saye berharap, Saye bisa kembali lagi kesana suatu saat. 

O iyee....Video dokumentasi penderitaan pas menuju ke Riam Berawat'n bise di klik disini





Kami mulai Lelaahh...


Keraton Pakunegara Tayan




Hai semuanya, sudah lama saya gak posting nih, karena di semester kali ini saya dihadapkan dengan banyak sekali tugas kuliah yang sudah pasti membuat kepala mau meledak. Nah, beberapa waktu lalu setelah peresmian Jembatan Pak Kasih yang merupakan Jembatan Terpanjang se-Kalimantan, sya kembali mengunjungi Kota Tayan untuk pergi ke Keraton Tayan (lumayan lah untuk merefresh otak yang lagi stress).

Tapi, setibanya saya di Keraton, Saya lihat Keratonnya tutup. Kemudian, saya mencoba bertanya kepada penduduk yang tinggal disekitar Keraton. Dan ternyata, Juru Kuncinya sedang bekerja waktu itu jadi Keraton tutup. Ternyata, Keraton Tayan hanya buka setiap hari minggu karena di hari minggu-lah, juru kuncinya standby disitu. Kecewa sih, tapi tidak terlalu kecewa karena pemandangan di depan Keraton Pakunegara sungguh membuat mata terpana. Angin sepoi-sepoi membelai tubuh saya dengan lembut. Saya pun lalu beristirahat di pendopo depan Keraton Pakunegara.

Nah, dibawah ini saya akan memberikan profil singkat tentang Keraton Pakunegara Tayan. Walaupun profil dibawah ini saya dapatkan di situs resminya. Tapi tak apalah, hitung-hitung saya juga membantu mempromosikan websitenya agar masyarakat bisa mengetahui lebih jauh tentang Keraton Pakunegara Tayan.



Secara Administratif, Situs Keraton Tayan terletak di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Secara geografis Desa Pedalaman yang berbatasan dengan Desa Cempedak dan Desa Emberas disebelah Utara, Desa Beginjan disebelah Timur, Desa Tanjung Bunut, Kecamatan Toba didaerah Selatan dan Desa Kawat yang berbatasan langsung dengan Sungai Kapuas dan Sungai Tayan. Keraton tersebut hanya berjarak 50 meter dari tepi Sungai Kapuas. Jalan menuju lokasi ini dapat ditempuh melalui jalan raya dan sungai. Dari arah barat dapat ditempuh melalui Jalan Trans Kalimantan, sedangkan dari wilayah timur Kalbar dapat ditempuh melalui jalan Sosok – Tayan atau jalan Meliau – Tayan.

Keraton Pakunegara Tayan awalnya merupakan rumah tinggal bagi keluarga Kerajaan Tayan setelah keraton ke 2 (dua) di kawasan Teluk Kemilun yang letaknya tidak jauh dari pusat Kota Tayan. Bangunan berlantai 2 (dua) dengan arsitektur rumah panggung Melayu pada umumnya dengan berbahan utama kayu belian (Ulin) atau lebih dikenal dengan nama kayu besi yang diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan Gusti Lekar bin Gusti Dikibiri Kusuma, Raja Tayan Pertama yang memerintah dari tahun 1683 – 1718. Keraton yang terletak di tepi Sungai Kapuas ini merupakan keraton ke 3 (tiga) setelah Keraton I Rayang dan Keraton II di kawasan Teluk Kemilun. Umumnya keraton-keraton di Kalimantan yang berorientasi ke sungai, begitu pula halnya dengan Keraton Pakunegara Tayan yang menghadap kearah selatan ke Sungai Kapuas.

Keraton Pakunegara Tayan saat ini berusia 2,5 abad lebih dan membutuhkan perhatian kita bersama, khususnya kondisi struktur tiang utama bangunan yang terbuat dari Kayu Ulin sudah miring. Keraton Pakunegara secara fisik sudah pernah dilakukan penanganan dimana kondisi tiang-tiang penyangga lantai utama bangunan ditambah paku untuk memperkuat posisi di beberapa tiang penyangga lantai. Namun kondisi bangunan pada umumnya masih banyak memerlukan penanganan teknis untuk memperpanjang usia bangunan sebagai aset pariwisata daerah. Selain tiang struktur, penanganan secara fisik juga harus memperhatikan kondisi pintu dan jendela, dimana sebagian bahan pada daun pintu dan jendela tersebut sudah rusak dan hilang khususnya pada ruang di lantai ke dua keraton. Berbagai usaha telah dilakukan oleh pengurus keraton seperti perbaikan pada sebagian dinding keraton bagian dalam dan lantai.

Tampak Belakang Keraton Tayan. Keraton Tayan sekarang butuh perhatian khusus dari Pemerintah dan Masyarakat setempat juga orang dalam Keraton itu sendiri


Nah, itulah sedikit profil tentang Keraton Pakunegara Tayan yang saya kunjungi. Tapi mohon maaf karena artikel diatas bukan artikel yang saya buat melainkan saya ambil dari situs resminya, walau memang saya akan memberikan penilaian yang sama tentang Keraton Pakunegara Tayan ini. Jika anda kebetulan tengah berada di Kota Tayan dan ingin mencari tahu sejarah tentang Tayan atau seputar Kota Tayan, jangan lupa untuk mengunjungi Keraton Pakunegara Tayan. Disana juga tersedia pendopo yang menghadap langsung ke Sungai Kapuas dan Pulau Tayan untuk bersantai.

Pemandangan di depan Keraton Pakunegara Tayan



Terima Kasih : https://keratonpakunegaratayan.wordpress.com/situs-budaya/keraton-pakunegara-tayan-2/

Kita ke Danau Sebedang




Danau Sebedang (Sebaddang) adalah sebuah danau yang boleh saya katakan “sangat indah”. Lokasi Danau Sebedang cukup dekat dengan Kota Sambas yang merupakan Ibukota Kabupaten Sambas, atau lebih tepatnya terletak di Kecamatan Sebawi/Tebas, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Yah sekitar 18 km gitu lah sebelum anda masuk ke Kota Sambas. Danau ini tidak hanya menyajikan pemandangan alam yang cantik tapi juga anda bisa tau sejarah Bujang Nadi dan Dare Nandung. Danau Sebedang ini merupakan saksi bisu dua saudara (Bujang Nadi dan Dare Nandung) yang dikubur hidup-hidup oleh ayahnya (seingat saya namanya Tan Unggal) di Danau Sebedang. So, Danau Sebedang bukan hanya sekedar wisata alam tapi juga wisata sejarah.

Nah, pada postingan kali ini, Saya akan sedikit berbagi cerita perjalanan Saya ke Danau Sebedang.

Bulan Juni 2014 (tanggalnya saya lupa), Saya mengajak teman saya, Randi (Waktu itu belum berangkat ke Brunei) untuk pergi ke Danau Sebedang. Ini adalah pengalaman pertama kami pergi ke danau jadi kami sangat antusias untuk pergi ke sana. Segala persiapan pun telah kami lakukan agar perjalanan kami lancar tanpa kendala.

Beberapa hari kemudian, dengan motor Astrea Grand, kami pun berangkat ke Danau Sebedang dan saya menjadi joki motornya. Untuk masalah rute kami tidak terlalu pusing-pusing karena hanya mengikuti jalur utama menuju Kota Sambas yang notabene sudah biasa hilir mudik walaupun cuma sampai ke Kota Singkawang.

Sepanjang perjalanan, seperti biasa panorama sight-seeing juga membuat kami menikmati perjalanan dengan gembira. Pemandangan air laut sepanjang jalan membuat kami cukup santai dalam perjalanan. Pas kami sampai di Sei Duri, kami pun istirahat makan di warung yang juga tempat keluarga abang ipar saya (lumayan lah makan gratis). Setelah makan, kami melanjutkan perjalanan menuju Danau Sebedang yang harus ditempuh kira-kira sekitar 2,5 jam lagi untuk sampai ke sana.

Pada saat kami masuk Kota Pemangkat, Tiba-tiba terlintas di pikiran saya untuk singgah sebentar ke Pantai Tanjung Batu. Saya pun berbicara dengan Randi bagaimana kalau kita singgah sebentar ke Pantai Tanjung Batu untuk sekedar beristirahat. Randi menjawab boleh-boleh aja, gak masalah. Dan kami pun singgah ke Pantai Tanjung Batu. Setelah kami singgah beristirahat dan menikmati pemandangan Pantai Tanjung Batu, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Danau Sebedang yang kira-kira 45 menit (itu versi kami, karena kebetulan kami pakai motor Astrea Grand).

45 menit kemudian (kurang lebih segitu lah), Kami melihat pintu gerbang bertuliskan Danau Sebedang di sebelah kanan. Ya tentu saja, kami pun langsung masuk ke sana. Tak sampai 5 menit, kami sampai di loket untuk membeli tiket. Waktu itu kami harus bayar Rp.5000/orang (Juni 2014). Kami pun masuk ke dalam dan....................................(kebanyakan titiknya woy) Kami langsung terpana dan Sepok (harap maklum karena kami gak pernah ketemu yang namanya danau secara live & eksklusif). Kami benar-benar takjub akan pemandangan di Danau Sebedang. Kami sangat senang dan kami pun berhenti dan duduk di salah satu pendopo di Danau Sebedang. Dikelilingi Bukit dan ada pulau di tengah-tengah danau. Berhubung kami tidak bertemu orang-orang yang bisa kami tanyai tentang Sejarah Bujang Nadi dan Dare Nandung kami pun jadi mengira kalau mereka berdua dikubur di pulau tersebut. Nama pulaunya itu Pulau Panjang. Pokoknya kami kehabisan kata-kata untuk menggambarkan indahnya Danau Sebedang. Semoga lain waktu kami bisa mengunjungi Danau Sebedang lagi dan semoga anda juga tertarik untuk pergi ke Danau Sebedang. Adios.





Cerita Ngabuburit Di Tayan



Sabtu,  5 Juli 2014, tepat saat Bulan Ramadhan, Saya bingung, bimbang, galau dan ragu, karena hari itu saya bekerja hanya setengah hari. Dan untuk mengisi waktu sebelum berbuka puasa saya malas mau tidur karena masih belum ngantuk. Sejenak saya berpikir untuk jalan-jalan, tapi kemana ? Tiba-tiba terlintas dipikiran Saya untuk jalan-jalan ke Tayan. Kenapa Tayan ? Saya pun tidak tahu, mungkin anda bisa bertanya kepada pikiran saya mengapa mesti ke Tayan untuk ngabuburit.

1 jam sebelum saya pulang kerja alias jam 11.00 siang, saya langsung menghubungi Zulham untuk mengajak dia ngabuburit bersama Saya ke Tayan. Dan, untunglah dia mau ikut tapi dia mau gonceng dengan saya dan perginya pakai motor saya (wajar sih soalnya saya yang ngajak).

Kurang lebih jam 1 siang, Saya pun menjemput Zulham dirumahnya dan langsung berangkat ngabuburit ke Tayan. Tayan adalah sebuah kota kecil yang terletak di Kabupaten Sanggau. Yah, katanya sih bisa menjadi kota besar karena sekarang sedang dibangun Jembatan Tayan yang menghubungkan jalan Trans Kalimantan. Konon katanya, Nanti Jembatan Tayan itu merupakan jembatan terpanjang se-Kalimantan lho.

Rute perjalanan sangat simpel mengingat jalan menuju ke Tayan adalah jalan Antar Provinsi . Jadi anda tidak akan tersesat. Tapi, yang patut dijadikan catatan adalah anda harus waspada dan berhati-hati karena jalannya berbukit naik turun dengan tikungan tajam yang WOW. Salah sedikit saja anda akan XXX. Tapi, karena kami sangat berhati-hati dan tidak terlalu ngebut dalam membawa motor + ingat karena kami lagi puasa, jadi kami merasa santai dan nyaman dalam berkendara ditambah pemandangan sight-seeing yang, hmm, okelah.

Depan Kantor Camat Tayan Hilir

Jam 14.45 (kurang lebih begitulah), Kami pun sampai di Tayan. Yupz, Sebuah kota kecil yang beranjak dewasa (wew). Mumpung bertepatan dengan Bulan Ramadhan, Pasar Tayan pun ramai waktu itu. Yah buat sekedar beli kebutuhan atau ta’jil untuk berbuka puasa lah. Namun, ada satu hal yang membuat saya agak tertegun sedikit tentang Tayan, yaitu ada pulau dan pantainya. Hah ?
Saya pun bertanya kepada abang2 tukang bawa motor air tentang keberadaan pantai itu. Ternyata, pantai di Pulau Tayan hanya timbul pas lagi musim kemarau (kebetulan juga kami berangkat pas musim kemarau). Oh iya, Pulau Tayan adalah Pulau yang terletak di tengah aliran Sungai Kapuas (Sungai Terpanjang Di Indonesia) yang lokasinya dekat dengan Kota Tayan. Makanya disebut Pulau Tayan. (Kayaknya penjelasany saya gak jelas gimana gitu).

Menyeberang ke Pulau Tayan

Kami pun menitipkan motor kami di tempat parkir dan menyeberang ke Pulau Tayan untuk sekedar melihat-lihat aktivitas di Pulau Tayan menggunakan motor air (kebetulan Jembatan Tayan belum jadi). Setelah sampai kami pun berkeliling sebentar melihat-lihat aktivitas warga setempat hingga akhirnya Saya tak sengaja melihat jam menunjukkan pukul 15.45. Kami pun bergegas kembali menyeberang ke Pasar Tayan untuk mengambil motor sebelum kembali ke Pontianak untuk mengejar waktu berbuka puasa. Sebagai langkah antisipasi kalau kami gak sampai dirumah pas adzan maghrib, kami membeli ta’jil di Pasar Tayan.



Jam 17.36, Kami sampai di Pontianak. Saya mengantar Zulham dulu kerumahnya dan Saya juga kembali kerumah. Beruntungnya, pas saya baru masuk pintu rumah, Adzan Maghrib sebagai tanda waktu berbuka puasa pun berkumandang. Alhamdulillah, masih sempat menikmati nikmatnya berbuka puasa. Setelah itu Saya bersiap-siap untuk Shalat Tarawih di Masjid.

Itulah sedikit perjalanan “Ngabuburit” ala saya. Semoga bisa menginspirasi para pembaca :D







Weekend Ke Air Terjun Tikalong



Hari Minggu adalah hari yang boleh dibilang sebagai hari yang paling ditunggu-tunggu. Karena Hari Minggu adalah hari dimana orang-orang pada libur sekolah dan bekerja. Begitu pula dengan Saya dan Zulham. Hari minggu adalah waktu yang paling mungkin buat kami untuk berlibur guna melepaskan segala stress dan penat setelah hari-hari yang sibuk di kantor. Kami berdua pun merencanakan plan untuk weekend/ berlibur ke suatu tempat. Saya pun dapat ide bagaimana kalau ke Air Terjun Tikalong ? Jawabannya, Ya, Oke. Persiapan pun kami lakukan beberapa hari sebelum keberangkatan.
Hari Minggu, jam 04.00 pagi, tanggal 10 Agustus 2014, kami pun berangkat ke Air Terjun Tikalong. Jujur saja ku tak mampu, kami berdua baru kali ini melakukan perjalanan melewati daerah yang tidak pernah kami lewati. Sekedar info, Air Terjun Tikalong berada di Kec. Karangan/Mempawah Hulu, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Berbekal sedikit informasi yang kami dapat dari internet dan membaca peta lewat google maps, kami berdua pun nekat berangkat.

Jam 05.45, Kami beristirahat sebentar di salah satu warung kopi di Anjungan. Yah, sekedar memesan capuccino hangat untuk menghangatkan tubuh setelah kedinginan akibat cuaca dingin pagi hari.

Tak lama setelah kami beristirahat minum Capuccino hangat, kami pun melanjutkan perjalanan. Begitu kami memasuki daerah Toho, lebar jalan mulai menyempit dan jalannya naik turun + sepi. Jadi kami harus waspada setiap kali melewati tikungan. Di daerah Menjalin Cinta , kami kaget melihat binatang yang begitu asing bagi kami berkeliaran dengan bebas di Jalan, yaitu Babi (Maklum, di Pontianak gak pernah ketemu yang namanya Babi). Katanya sih, Babi2 tersebut merupakan peliharaan warga setempat yang dibiarkan bebas. Spontan saya langsung teringat bahwa kita tidak boleh menabrak binatang peliharaan warga setempat, bila menabrak kita bisa terkena hukum adat. Hii, sereem.... Tapi sisi baiknya, kita akan melihat panorama sight-seeing yang cukup menyegarkan mata. Amazing.

Gunung Tiang Tanjung
Sekitar kurang lebih jam 08.00 pagi, kami lihat ada gapura/pintu gerbang di sebelah kanan jalan yang bertuliskan “Selamat Datang di Lokawisata Air Terjun Tikalong”. Yupz, itu menandakan bahwa kami sudah sampai. Dan, satu hal menarik yang kami jumpai waktu itu adalah sangat sepi. Pos penjaga parkir pun kosong. Kami pun nyelonong masuk ke dalam dan membuat kami masuk secara bebas alias gratis.




Tak sampai 30 detik, mungkin. Kami sudah mendengar bunyi air terjun dan tadaaa...Benar saja, kami sudah sampai di Air Terjun Tikalong. Air Terjun dengan ketinggian hanya 10 meter ini telah berhasil kami sambangi. Memang tidak terlalu tinggi kelihatannya, tapi sebenarnya cukup tinggi juga. Dengan pemandangan yang boleh dibilang keren dan suasana yang tenang (bisa dibilang sangat sepi dan hanya kami berdua disana), kami pun langsung mandi disana untuk merasakan sensasi sejuknya Air Terjun Tikalong. Dan kalau boleh dibilang, Air Terjun Tikalong ini adalah Air Terjun yang paling gampang untuk diakses. Sungguh weekend yang menyenangkan sebelum akhirnya kami kembali bekerja keesokan harinya.





Sebagai penutup, Saya akan memberikan rincian rute sebagai panduan buat yang ingin pergi Air Terjun Tikalong:


Pontianak - Sei Pinyuh (ambil jalur yang mau ke Ngabang) - Anjungan (ambil jalur yang menuju ke Menjalin) - Toho – Menjalin – Karangan (kira-kira 10 km lagi akan ketemu dengan pintu gerbang Air Terjun Tikalong disebelah kanan)

Biar lebih oke, cek lewat google maps ya

Liburan ke Riam Merasap






Cerita ini kita awali dari teman Saya, Randi yang ambil cuti libur kerja selama seminggu. Randi adalah teman saya yang sudah saya anggap sebagai saudara (intim) saya sejak SMK. Ia bekerja sebagai staff ticketing di sebuah agen penjualan tiket bis atau bahasa simple-nya jadi tukang jual tiket di DAMRI Brunei. Yupz, Brunei Darussalam. Tempatnya Sultan Hassanal Bolkiah atau yang kami berdua panggil “Sultan Harem”. Hahaha.

Balik lagi ke cerita. Nah, mumpung si Randi tengah berada di Pontianak alias sedang ambil cuti, saya pun coba mengajaknya pergi ke Riam Merasap. Anda tau apa itu Riam Merasap ? Nih, singkat saja saya beritahunya. Riam Merasap adalah sebuah air terjun yang keren abis dan terletak di Kecamatan Tujuh Belas/Sanggau Ledo, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Dan ternyata Randi mau ikut. Tentu saya sangat senang. Kami pun mulai membicarakan persiapan-persiapan dan rencana keberangkatan. Dan ditetapkanlah bahwa kami akan berangkat 3 hari kemudian atau tepatnya 2 hari sebelum Randi balik lagi ke Brunei Darussalam.

Skip ke perizinan. Untuk masalah perizinan, Saya sih tidak masalah karena pada dasarnya saya memang boleh melanglang buana/mengembara asal pakai uang sendiri dan hati-hati. Tapi kalau si Randi lain ceritanya. Berhubung kami cuma pergi berdua, jadi si Randi ngeles sama ortunya kalau dia mau pergi sama saya ke Sanggau Ledo, katanya keluarga saya ngajak liburan ke tempat keluarga saya disana (padahal saya gak punya keluarga di Sanggau Ledo apalagi kenalan) dan pakai mobil (waktu itu belum punya mobil sih, mudah-mudahan dimasa depan punya mobil). Akhirnya saya juga terpaksa ngeles sama orang tuanya Randi dan mengizinkan Randi buat pergi.
Malam sebelum berangkat, kami berdua memutuskan untuk menginap dan turun dari rumah teman kami, Zulham, yang kebetulan gak bisa ikut karena ada kegiatan di kampusnya.

Trip dimulai

Kurang lebih sekitar jam 03.00 pagi, kami pun berangkat menuju tujuan kami, yaitu Riam Merasap. Sejujurnya, kami berdua tidak tahu menahu tentang lokasi riam tersebut. Kami hanya tahu dari browsing dan google maps (Jujur, Saya browsingnya pas 1 hari sebelum berangkat).
Sepanjang perjalanan, kita akan merasakan panorama sight-seeing yang begitu menarik dan suasana jalan yang sepi membuat kami jadi lebih tenang dalam membawa motor. Tapi, anda harus berhati-hati karena sepanjang jalan rute Toho-Bengkayang hanya cukup buat 2 mobil alias sempit. Ditambah jalan yang naik turun plus binatang peliharaan warga yang dibiarkan berkeliaran dijalan. Ingat, jangan sekali-kali menabrak binatang di sana, bila menabrak maka anda akan dikejar. Kalau tertangkap, bersiaplah menerima hukum adat (katanya sih begitu). Oh ya, Kami sempat berhenti di beberapa spot yang menurut kami menarik untuk berfoto.





Jam 07.00, kami sampai di Kota Bengkayang. Kami singgah sebentar di salah satu warung kopi untuk menikmati kopi hangat yang, yah, cukuplah buat menghangatkan badan. Kami juga mengisi bensin motor di Bengkayang.

Setelah itu, kami pun kembali tancap gas dan melanjutkan perjalanan ke Riam Merasap. Menurut warga Bengkayang yang kebetulan kami tanyai di Bengkayang, butuh waktu sekitar 1,5 jam lagi untuk sampai ke Riam Merasap.

Sekitar kurang lebih jam 09.45 kami pun sampai di simpang empat Pasar Sanggau Ledo. Kami melihat ada papan penunjuk arah menuju Riam Merasap. Tanpa pandang kuku, kami pun langsung melanjutkan perjalanan mengikuti arah berdasarkan papan penunjuk jalan. Jalan yang rusak berupa batu kasar pun kami lalui. Tak lama kemudian, kami melihat jalan disebelah kiri dihiasi gapura yang menunjukkan bahwa Riam Merasap berada di sana. Kami pun langsung masuk ke jalan tersebut. Sekali lagi, jalanan berbatu menjadi tantangan buat kami. Tapi mumpung sudah nyebur ya lanjutkan saja. Sekitar 15 menit kami pun sampai di Riam Merasap, tapi baru area parkir. Dan satu hal yang ingin kami katakan setelah sampai di tempat parkir, “Sepi”. Ya, sepi, karena tidak ada satupun motor atau manusia disana. Beruntung ada rumah didekat tempat parkir dan sudah pasti ada orangnya. Kami pun bertanya mengenai lokasi Riam Merasap. Awalnya kami berencana akan melanjutkan menggunakan sepeda motor, tapi berhubung kami ragu akan masalah keamanan (jelas lah, wong sepi kayak kuburan), kami pun meminta izin untuk menitipkan motor dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.


Binatang yang kami temukan saat berjalan kaki menuju Riam Merasap

Sekitar 7-10 menit berjalan kaki melewati hutan, kami berdua pun mendengar bunyi air yang sangat deras pertanda bahwa ar terjunnya sudah dekat. Kami pun terus berjalan dan menemukan sebuah sungai yang terlihat patahannya. Yupz, kami ternyata berada di atas air terjunnya. Wow. Tentu saja kami sangat senang. Kemudian, kami pun turun kebawah untuk melihat view air terjun dari bawah. Satu kata yang bisa kami katakan. “Subhanallah”. Keren dan menakjubkan. Rasa lelah akibat 7 jam perjalanan pun terasa sirna setelah sampai di Air Terjun Riam Merasap. Kami pun beristirahat sejenak dan mandi disana. Kami pun mengerti mengapa disebut Air Terjun Riam Merasap. Karena air terjunnya menimbulkan percikan air yang seperti asap. Menakjubkan. Dan Randi pun mendapatkan liburan yang gila dan mengesankan sebelum akhirnya dia kembali ke Brunei. 





Randi di Riam Merasap


Saya di Riam Merasap


Kita selfie dulu yauww

Air Terjun Riam Merasap